Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Think Pair Square Talkball Share - TPSTS
Model Pembelajaran Think Pair Square Talkball Share
Model pembelajaran Think Pair Square Share merupakan pengembangan dari model Think Pair Share dan Think Pair Square yang telah dikembangkan masing-masing oleh Frank Lyman pada tahun 1982 dan Spencer Kagan pada tahun 1993 yang kami modifikasikan dengan permainan Talkball (talking ball). Karena model pembelajaran Think Pair Square Share sendiri sudah diterapkan untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok. Sehingga agar setiap siswa tetap memiliki tanggung jawab dan kesempatan yang sama dalam menyampaikan hasil diskusi kami menambahkan dengan suatu permainan yaitu talkball di mana siswa tetap bisa bermain dan bernyanyi sambil belajar.
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajarannya.
1. Think atau tahap berpikir, guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa.
2. Siswa diberi kesempatan untuk berfikir atau mencari informasi sendiri.
3. Guru membentuk kelompok kecil dengan anggota heterogen 4-6 orang.
4. Pair atau tahap berpasangan masing-masing siswa bertukar pikiran secara perpasangan (2 orang).
5. Square tiap pasangan menyampaikan hasil diskusi pada teman 1 anggota kelompok kecil.
6. Setiap kelompok kecil mengambil satu kesepakatan.
7. Permainan Talkball (talking ball)
8. Share, siswa yang mendapatkan bola saat lagu berhenti maka harus menyampaikan hasil kesepakatan dari diskusi yang telah dilakukannya ke siswa lain dalam kelompok besar (kelas).
9. Guru menengahi dan menyatukan persepsi.
Keunggulan dari model ini diantaranya,
1. Mengembangkan kemampuan siswa dalam memberikan ide atas permasalahan yang diberikan.
2. Melatih siswa untuk menyampaikan pendapat.
3. Memberi kesempatan siswa untuk lebih banyak berdiskusi.
4. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan teman lain yang lebih pintar atau lebih lemah.
5. Melatih siswa untuk bertukar pendapat sekaligus menghargai pendapat yang berbeda.
6. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk bisa menyampaikan hasil diskusi.
7. Adanya permainan dan bernyanyi sehingga siswa tidak bosan dengan pembelajaran yang berlangsung.
8. Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang dan pembelajaran lebih mengarah pada student oriented.
Model pembelajaran Think Pair Square Share merupakan pengembangan dari model Think Pair Share dan Think Pair Square yang telah dikembangkan masing-masing oleh Frank Lyman pada tahun 1982 dan Spencer Kagan pada tahun 1993 yang kami modifikasikan dengan permainan Talkball (talking ball). Karena model pembelajaran Think Pair Square Share sendiri sudah diterapkan untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok. Sehingga agar setiap siswa tetap memiliki tanggung jawab dan kesempatan yang sama dalam menyampaikan hasil diskusi kami menambahkan dengan suatu permainan yaitu talkball di mana siswa tetap bisa bermain dan bernyanyi sambil belajar.
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajarannya.
1. Think atau tahap berpikir, guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa.
2. Siswa diberi kesempatan untuk berfikir atau mencari informasi sendiri.
3. Guru membentuk kelompok kecil dengan anggota heterogen 4-6 orang.
4. Pair atau tahap berpasangan masing-masing siswa bertukar pikiran secara perpasangan (2 orang).
5. Square tiap pasangan menyampaikan hasil diskusi pada teman 1 anggota kelompok kecil.
6. Setiap kelompok kecil mengambil satu kesepakatan.
7. Permainan Talkball (talking ball)
8. Share, siswa yang mendapatkan bola saat lagu berhenti maka harus menyampaikan hasil kesepakatan dari diskusi yang telah dilakukannya ke siswa lain dalam kelompok besar (kelas).
9. Guru menengahi dan menyatukan persepsi.
Keunggulan dari model ini diantaranya,
1. Mengembangkan kemampuan siswa dalam memberikan ide atas permasalahan yang diberikan.
2. Melatih siswa untuk menyampaikan pendapat.
3. Memberi kesempatan siswa untuk lebih banyak berdiskusi.
4. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan teman lain yang lebih pintar atau lebih lemah.
5. Melatih siswa untuk bertukar pendapat sekaligus menghargai pendapat yang berbeda.
6. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk bisa menyampaikan hasil diskusi.
7. Adanya permainan dan bernyanyi sehingga siswa tidak bosan dengan pembelajaran yang berlangsung.
8. Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang dan pembelajaran lebih mengarah pada student oriented.