Kualitas Lembar Jawaban Komputer ( LJK ) 2013 Yang Kurang Bagus
Lembar Jawaban Komputer (LJK) yang tipis seperti saat pelaksanaan Ujian Nasional SMP atau SMA tidak sama dengan LJK pelaksanaan Ujian Nasional untuk jenjang SD/MI atau sederajat. Tidak ada keluhan dari siswa untuk kualitas lembar jawab komputer, begitu pula dengan kualitas cetakan lembar soal atau kekurangan lembar soal atau lembar jawab.
"Kualitas lembar jawab komputer (LJK) untuk Ujian Nasional SD/MI dan sederajat lebih tebal dibanding untuk SMP dan SMA. Ini dikarenakan proses pencetakan dilakukan di daerah sehingga kontrol terhadap kualitas soal dan LJK bisa lebih baik," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana di Yogyakarta, Senin (6/5/2013).
Usai ujian, lembar jawab komputer akan langsung dibawa ke sekolah yang ditunjuk sebagai unit pelaksana teknis (UPT) dan kemudian dibawa ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dikpora) DIY untuk dipindai.
"Secara umum, pelaksanaan Ujian Nasional SD/MI atau sederajat untuk hari pertama berjalan dengan lancar, meskipun ada sejumlah siswa yang tidak masuk," katanya.
Berdasarkan data, jumlah siswa SD/MI yang tidak mengikuti Ujian Nasional pada hari pertama dengan mata pelajaran yang diujikan Bahasa Indonesia tercatat tiga orang, masing-masing dua dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Timur dan satu siswa dari UPT Utara.
"Semuanya sakit, dan diusahakan untuk mengikuti ujian susulan," katanya. Di Kota Yogyakarta, jumlah siswa yang tercatat sebagai peserta Ujian Nasional SD/MI adalah 7.673 orang.
Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta Sujanarko yang melakukan peninjauan ke sejumlah sekolah menyatakan hal senada bahwa pelaksanaan ujian untuk SD/MI atau sederajat berjalan dengan baik.
"Ada tiga sekolah yang dikunjungi. Semuanya bisa melaksanakan ujian dengan baik. Kualitas lembar jawab komputer dan soal juga baik," katanya.
Ia berharap, orang tua juga bisa memberikan dukungan kepada anaknya untuk mengikuti Ujian Nasional misalnya memberikan sarapan yang bergizi untuk anaknya sebelum berangkat ke sekolah.
"Ada satu anak di SD Pujokusuman yang terlihat lemas sebelum ujian. Namun setelah diberi teh hangat, ia kembali segar dan bisa mengerjakan ujian," katanya.
Sedangkan di SD Giwangan yang merupakan SD inklusi, terdapat satu siswa yang diperbolehkan tidak mengikuti Ujian Nasional karena memiliki tingkat IQ yang rendah.
"Siswa itu diperbolehkan tidak ikut. Ia akan diberikan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) dan dianjurkan melanjutkan sekolah ke sekolah berkebutuhan khusus," katanya.
Di SD Badran, sekolah memberikan menu sarapan setiap menjelang pelaksanaan ujian. Sarapan diberikan karena sebagian siswa berasal dari kalangan tidak mampu.
"Sarapan adalah energi. Namun, hampir 90 persen siswa tidak sarapan. Selain sarapan, kami sholat duha atau berdoa bersama untuk siswa yang beragama selain islam," kata Wali Kelas VI SD Badran Tukijo.
Pada hari pertama Ujian Nasional, menu yang diberikan adalah ayam goreng dan sayur bayam, pada hari kedua diberikan soto ayam dan pada hari ketiga disediakan menu sate ayam.
"Kualitas lembar jawab komputer (LJK) untuk Ujian Nasional SD/MI dan sederajat lebih tebal dibanding untuk SMP dan SMA. Ini dikarenakan proses pencetakan dilakukan di daerah sehingga kontrol terhadap kualitas soal dan LJK bisa lebih baik," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana di Yogyakarta, Senin (6/5/2013).
Usai ujian, lembar jawab komputer akan langsung dibawa ke sekolah yang ditunjuk sebagai unit pelaksana teknis (UPT) dan kemudian dibawa ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dikpora) DIY untuk dipindai.
"Secara umum, pelaksanaan Ujian Nasional SD/MI atau sederajat untuk hari pertama berjalan dengan lancar, meskipun ada sejumlah siswa yang tidak masuk," katanya.
Berdasarkan data, jumlah siswa SD/MI yang tidak mengikuti Ujian Nasional pada hari pertama dengan mata pelajaran yang diujikan Bahasa Indonesia tercatat tiga orang, masing-masing dua dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Timur dan satu siswa dari UPT Utara.
"Semuanya sakit, dan diusahakan untuk mengikuti ujian susulan," katanya. Di Kota Yogyakarta, jumlah siswa yang tercatat sebagai peserta Ujian Nasional SD/MI adalah 7.673 orang.
Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta Sujanarko yang melakukan peninjauan ke sejumlah sekolah menyatakan hal senada bahwa pelaksanaan ujian untuk SD/MI atau sederajat berjalan dengan baik.
"Ada tiga sekolah yang dikunjungi. Semuanya bisa melaksanakan ujian dengan baik. Kualitas lembar jawab komputer dan soal juga baik," katanya.
Ia berharap, orang tua juga bisa memberikan dukungan kepada anaknya untuk mengikuti Ujian Nasional misalnya memberikan sarapan yang bergizi untuk anaknya sebelum berangkat ke sekolah.
"Ada satu anak di SD Pujokusuman yang terlihat lemas sebelum ujian. Namun setelah diberi teh hangat, ia kembali segar dan bisa mengerjakan ujian," katanya.
Sedangkan di SD Giwangan yang merupakan SD inklusi, terdapat satu siswa yang diperbolehkan tidak mengikuti Ujian Nasional karena memiliki tingkat IQ yang rendah.
"Siswa itu diperbolehkan tidak ikut. Ia akan diberikan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) dan dianjurkan melanjutkan sekolah ke sekolah berkebutuhan khusus," katanya.
Di SD Badran, sekolah memberikan menu sarapan setiap menjelang pelaksanaan ujian. Sarapan diberikan karena sebagian siswa berasal dari kalangan tidak mampu.
"Sarapan adalah energi. Namun, hampir 90 persen siswa tidak sarapan. Selain sarapan, kami sholat duha atau berdoa bersama untuk siswa yang beragama selain islam," kata Wali Kelas VI SD Badran Tukijo.
Pada hari pertama Ujian Nasional, menu yang diberikan adalah ayam goreng dan sayur bayam, pada hari kedua diberikan soto ayam dan pada hari ketiga disediakan menu sate ayam.
Sumber : Kompas(dot)com